Puisi : Pengertian Puisi, Hakikat Puisi, Contoh & Unsur-Unsur di dalam Puisi - Pada pertemuan kali ini saya akan menjelaskan wacana puisi, yang pokok pembahasannya mencakup pengertian puisi, hakikat puisi, contoh puisi, unsur-unsur di dalam puisi. Untuk lebih detailnya mari kita simak pembahasan dibawah ini.
Pengertian Iklan, Ciri-ciri Iklan & Contoh Iklan Berbentuk Karangan
Oleh alasannya yaitu itu, siapa saja sanggup menciptakan puisi, meskipun tentu tetap ada bentuk khas sebuah puisi sebagai ukuran standar yang membedakannya dengan bentuk karya sastra yang lain. Artinya setiap orang sanggup memakai sarana-sarana kepuitisan ibarat rima, irama, diksi, dan lainnya untuk mengintensitaskan ekspresi dan pengalaman jiwanya, bukan menjadikannya syarat pengikat.
Sebagai sebuah karya sastra, puisi tetap harus mempunyai kemampuan menampung segala unsur yang berkaitan dengan kesastraan. Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk memahami hakikat puisi. Tiga aspek tersebut, yaitu: sifat seni, kepadatan, dan ekspresi tidak langsung.
Semua unsur bahasa di dalam puisi sanggup dipakai untuk menampilkan sisi keindahan di dalam puisi. Perhatikan permainan kata menjadi nada atau tinggi rendahnya suara serta menyebabkan keindahan di telinga tanpa mengurangi kepaduan atau ke selarasan maknanya pada puisi Hartojo Andangdjaja di bawah ini.
putih kembang-kembang lalang
putih rindu yang memanggil-manggil dalam dendang
orang di dangau orang di ladang
putih jalan yang panjang
kabut di puncak Singgalang
sepi yang menyanyup di ujung pandang
putih bermata sayang
wajah rawan tanah minang
Yang terpenting yaitu setiap unsur di dalam puisi mempunyai keterikatan dan keterpaduan makna. Maka, salah satu cara untuk mengungkapkan kandungan isi dalam puisi ialah menciptakan parafrasa puisi menjadi prosa dengan menyempurnakan kalimat atau memperlihatkan pengertian pada kata-katanya biar menjadi terang atau lugas. Perhatikanlah puisi Chairil Anwar berikut ini.
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
Kudengar seru menderu
� dalam hatiku? �
Apa hanya angin lalu?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah .....!!
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal .....!!
Selamat tinggal .....!!
Di dalam puisi, juga penyair sanggup memakai idiom, pepatah, majas, atau peribahasa dalam mengungkapkan sesuatu secara implisit. Ini dilakukan biar puisi mempunyai cita rasa tersendiri dengan penggunaan kata berjiwa atau stilistika sehingga pembaca atau pendengar mempunyai rasa ingin tahu kandungan makna yang tersembunyi dalam sebuah puisi atau hal yang sebenarnya ingin diungkapkan penyair lewat puisinya.
Dalam pandangan awam puisi memang harus mengandung daya tarik atau kemisterian. Seorang kritikus sastra menyampaikan puisi bukanlah susunan katakata yang membentuk baris dan bait melainkan sesuatu yang terkandung di dalam kata, baris, dan bait itu.
Pada lisan terkunyah duka
Tatapan matanya pada lain isi meja
Lelaki muda yang dirasa
Tidak lagi dimilikinya.
Ruang diributi jerit dada
Sambal tomat pada mata
Meleleh air racun dosa.
............
(W.S. Rendra)
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali saya padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rinda rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa saya dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar saya gula sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku....
Karya: Amir Hamzah
Baca Juga : Pengertian Reportase & Jurnalisme Baru (New Journalism)
Keahlian menuangkan gejolak batin, gairah, kerinduan, atau bentuk ungkapan lain berupa pilihan kata dan simbol-simbol gaya bahasa menjadikan puisi makin terasa indah dan punya kedalaman makna. Hal tersebut sanggup dilihat pada contoh lariklarik kepingan puisi Tuhan karya Bahrun Rangkuti di bawah ini.
Hanyut saya Tuhanku
Dalam lautan kasih-Mu
Tuhan bawalah aku
Meninggi ke langit ruhani
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi rapi
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselimpang semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang bertalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas di tinda
Sungguhpun dalam janjkematian gres tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Amanat atau hikmah dari puisi ini ialah bagaimana semangat Pangeran Diponegoro sanggup hadir pada jiwa-jiwa insan modern yang hidup di zaman sekarang. Meskipun yang dihadapi bukan lagi penjajah melainkan banyak sekali problem yang terjadi pada bangsa yang sedang berkembang ibarat problem pengangguran, pemerataan, dan keadilan, namun tetap semangat membela kebenaran khususnya bagi para kaum yang tertindas jangan pernah punah.
Demikianlah pembahasan kita wacana Pengertian Puisi, Hakikat Puisi & Unsur-Unsur di dalam Puisi. Semoga bermanfaat dan sanggup menjadi contoh dalam mempelajari Bahasa Indonesia. Terima kasih.
Baca Juga : Pengertian Diksi, Fungsi Diksi & Macam-macam Diksi
Sumber : Bahasa Indonesia 3 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas XII
Hakikat Puisi
Puisi bukan lagi sebuah bentuk karya sastra yang kaku dan penuh persyaratan. Puisi dalam pengertian modern yaitu puisi yang bebas. Puisi merupakan aktualisasi ekspresi dan ungkapan jiwa penulisnya.Oleh alasannya yaitu itu, siapa saja sanggup menciptakan puisi, meskipun tentu tetap ada bentuk khas sebuah puisi sebagai ukuran standar yang membedakannya dengan bentuk karya sastra yang lain. Artinya setiap orang sanggup memakai sarana-sarana kepuitisan ibarat rima, irama, diksi, dan lainnya untuk mengintensitaskan ekspresi dan pengalaman jiwanya, bukan menjadikannya syarat pengikat.
Sebagai sebuah karya sastra, puisi tetap harus mempunyai kemampuan menampung segala unsur yang berkaitan dengan kesastraan. Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk memahami hakikat puisi. Tiga aspek tersebut, yaitu: sifat seni, kepadatan, dan ekspresi tidak langsung.
a. Sifat atau Fungsi Seni
Sebagai karya sastra, di dalam puisi harus terdapat unsur estetika atau keindahan. Unsur ini sanggup dibangun dengan pemanfaatan gaya bahasa. Gaya bahasa mencakup semua penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapat pengaruh tertentu seperti, bunyi, kata, dan kalimat.Semua unsur bahasa di dalam puisi sanggup dipakai untuk menampilkan sisi keindahan di dalam puisi. Perhatikan permainan kata menjadi nada atau tinggi rendahnya suara serta menyebabkan keindahan di telinga tanpa mengurangi kepaduan atau ke selarasan maknanya pada puisi Hartojo Andangdjaja di bawah ini.
NYANYIAN KEMBANG LALANG
Putih di padang-padangputih kembang-kembang lalang
putih rindu yang memanggil-manggil dalam dendang
orang di dangau orang di ladang
putih jalan yang panjang
kabut di puncak Singgalang
sepi yang menyanyup di ujung pandang
putih bermata sayang
wajah rawan tanah minang
b. Kepadatan
Di dalam puisi, ungkapan yang ingin disampaikan tidak semuanya diuraikan. Puisi hanya mengungkapkan inti masalah, peristiwa, atau cerita. Puisi hanya mengungkapkan esensi atau sari pati sesuatu. Maka, untuk menulis puisi, penyair harus pintar menentukan kata yang akurat. Terkadang sebuah kata diambil bentuk dasarnya saja dan korelasi antar-kalimat terjadi secara implisit, bahkan kata-kata yang tak perlu sanggup dihilangkan.Yang terpenting yaitu setiap unsur di dalam puisi mempunyai keterikatan dan keterpaduan makna. Maka, salah satu cara untuk mengungkapkan kandungan isi dalam puisi ialah menciptakan parafrasa puisi menjadi prosa dengan menyempurnakan kalimat atau memperlihatkan pengertian pada kata-katanya biar menjadi terang atau lugas. Perhatikanlah puisi Chairil Anwar berikut ini.
SELAMAT TINGGAL
Aku berkacaIni muka penuh luka
Siapa punya?
Kudengar seru menderu
� dalam hatiku? �
Apa hanya angin lalu?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah .....!!
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal .....!!
Selamat tinggal .....!!
c. Ekspresi Tidak Langsung
Selain mengandung nilai estetika atau keindahan serta bentuk pilhan kata dan tata kalimat yang mengandung pengertian yang padat, puisi juga merupakan media pengungkapan ekspresi secara tidak langsung. Pengungkapan ekspresi tidak pribadi ini terbukti dengan dominannya penggunaan kata yang bermakna konotasi atau kiasan.Di dalam puisi, juga penyair sanggup memakai idiom, pepatah, majas, atau peribahasa dalam mengungkapkan sesuatu secara implisit. Ini dilakukan biar puisi mempunyai cita rasa tersendiri dengan penggunaan kata berjiwa atau stilistika sehingga pembaca atau pendengar mempunyai rasa ingin tahu kandungan makna yang tersembunyi dalam sebuah puisi atau hal yang sebenarnya ingin diungkapkan penyair lewat puisinya.
Dalam pandangan awam puisi memang harus mengandung daya tarik atau kemisterian. Seorang kritikus sastra menyampaikan puisi bukanlah susunan katakata yang membentuk baris dan bait melainkan sesuatu yang terkandung di dalam kata, baris, dan bait itu.
Contoh puisi yang memakai simbol atau ungkapan:
DI MEJA MAKAN
Ia makan nasi dan isi hatiPada lisan terkunyah duka
Tatapan matanya pada lain isi meja
Lelaki muda yang dirasa
Tidak lagi dimilikinya.
Ruang diributi jerit dada
Sambal tomat pada mata
Meleleh air racun dosa.
............
(W.S. Rendra)
Unsur-Unsur di dalam Puisi
Selain mempunyai unsur-unsur yang tampak ibarat diksi (penggunaan ungkapan, majas, peribahasa), tipogra? (pola susunan puisi ibarat larik, bait) dan rima/ritme (persamaan bunyi), puisi juga mempunyai unsur batin. Unsur batin di dalam puisi meliputi: tema, rasa (feeling), nada ,dan amanat.a. Tema
Tema adalah landasan atau dasar p?akan bagi penyair untuk mengembangkan puisi. Tema juga merupakan gagasan pokok yang diungkapkan dalam sebuah puisi. Jika tema mengenai Tuhan, untaian kata-kata, majas, serta idiom yang dipakai mengungkapkan hal-hal yang bekerjasama dengan Tuhan. Begitu pula kalau temanya wacana cinta, pilihan kata (diksi) yang dipakai oleh penyair berkaitan dengan permasalahan cinta.Contoh:
PADAMU JUA
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali saya padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rinda rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa saya dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar saya gula sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku....
Karya: Amir Hamzah
Baca Juga : Pengertian Reportase & Jurnalisme Baru (New Journalism)
b. Perasaan /Rasa
Rasa adalah ungkapan atau ekspresi penyair kepada sesuatu yang dituangkan ke dalam puisinya. Rasa juga merupakan cara bagaimana penyair mengejawantahkan bentuk perasaan dan pengalaman batinnya kepada keahlian untuk menentukan kata-kata ?guratif yang dianggap sanggup mewakili perasan atau ekspresinya terhadap sesuatu.Keahlian menuangkan gejolak batin, gairah, kerinduan, atau bentuk ungkapan lain berupa pilihan kata dan simbol-simbol gaya bahasa menjadikan puisi makin terasa indah dan punya kedalaman makna. Hal tersebut sanggup dilihat pada contoh lariklarik kepingan puisi Tuhan karya Bahrun Rangkuti di bawah ini.
Hanyut saya Tuhanku
Dalam lautan kasih-Mu
Tuhan bawalah aku
Meninggi ke langit ruhani
c. Nada dan Suasana
Nada adalah bentuk perilaku atau impian penyair terhadap pembaca. Apakah penyair lewat puisinya ingin memperlihatkan nasihat, menyindir, mengkritik, atau mengejek pembaca. Suasana yaitu akhir yang ditimbulkan puisi terhadap jiwa pembaca. Nada dan suasana mempunyai kaitan yang erat. Nada puisi yang bersifat kesedihan sanggup menciptakan perasaan pembaca merasa iba. Nada yang mengandung kritikan menciptakan suasana hati pembaca merasa ingin memberontak dan sebagainya.d. Pesan atau Amanat
Pesan atau amanat yaitu hal yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca lewat kata-kata dalam puisinya. Makna sanggup ditelaah sehabis pembaca memahami tema, nada, dan suasana puisi tersebut. Amanat juga sanggup tersirat dari susunan kata-kata yang dibentuk oleh penyair. Perhatikan puisi Chairil Anwar yang berjudul Diponegoro, di bawah ini.DIPONEGORO
Di masa pembangunan iniTuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi rapi
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselimpang semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang bertalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas di tinda
Sungguhpun dalam janjkematian gres tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Amanat atau hikmah dari puisi ini ialah bagaimana semangat Pangeran Diponegoro sanggup hadir pada jiwa-jiwa insan modern yang hidup di zaman sekarang. Meskipun yang dihadapi bukan lagi penjajah melainkan banyak sekali problem yang terjadi pada bangsa yang sedang berkembang ibarat problem pengangguran, pemerataan, dan keadilan, namun tetap semangat membela kebenaran khususnya bagi para kaum yang tertindas jangan pernah punah.
Demikianlah pembahasan kita wacana Pengertian Puisi, Hakikat Puisi & Unsur-Unsur di dalam Puisi. Semoga bermanfaat dan sanggup menjadi contoh dalam mempelajari Bahasa Indonesia. Terima kasih.
Baca Juga : Pengertian Diksi, Fungsi Diksi & Macam-macam Diksi
Sumber : Bahasa Indonesia 3 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas XII